Gunung Merapi (2911 m dpl) merupakan salah satu gunung yang paling aktif di dunia. Gunung Merapi berada di perpotongan antara kelurusan vulkanik Utara ke Selatan, antara lain Ungaran – Telomoyo – Merbabu – Merapi dan kelurusan vulkanik dari Timur ke Barat, antara lain : Lawu – Merapi – Sumbing – Sindoro – Slamet. Secara administratif Gunung Merapi terletak di antara Jawa Tengah (Kabupaten Magelang, dan Kabupaten Boyolali) dan DIY(Daerah Istimewa Yogyakarta) dan secara geografis terletak di antara 110º26’ BT dan 7º33’ LS.
Gunung Merapi banyak menarik perhatian para peneliti maupun ilmuwan dari berbagai bidang ilmu seperti geologi, geofisika, geokimia, vulkanologi maupun biologi. Karena keunikannya, Gunung Merapi diusulkan untuk dijadikan kawasan taman nasional dengan nama Taman Nasional Gunung Merapi.
Dari segi keaktifan kawah, Gunung Merapi termasuk dalam kategori gunung sangat aktif. Gunung Merapi termasuk dalam jenis stratovulcano. Pada tahun 1998, gunung ini meletus dan menyemburkan wedhus gembel yang berupa awan panas dan debu dengan suhu 3000º C. pada letusan tahun 1994, awan panas telah membunuh 66 orang yang berada di lereng sebelah Barat Daya.
Pendakian Merapi sebaiknya dilakukan pada bulan Juni, Juli, Agustus, September, Oktober.
Kata merapi berasal dari kata meru (yang berarti gunung) dan api sehingga arti merapi adalah gunung berapi. Gunung Merapi bagaikan berpasangan dengan Gunung Merbabu. Gunung Merbabu dianggap sebagai Gunung Wadon sementara Gunung Merapi sebagai Gunung Lanang .
Secara morfologi tubuh Gunung Merapi dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu Kerucut Puncak, Lereng Tengah, Lereng Kaki, dan Dataran Kaki. Kerucut Puncak dibangun oleh endapan paling muda berupa lava dan piroklastik dan lahar. Lereng Kaki dan Dataran Kaki tersusun dari endapan piroklastik, lahar dan aluvial. Dibandingkan dengan gunung api disebelahnya, yaitu Gunung Merbabu, Gunung Merapi jauh lebih runcing karena pertumbuhan bagian puncaknya yang relatif lebih cepat.
Kerucut Puncak Merapi yang sering disebut sebagai Gunung Anyar merupakan bagian Merapi yang paling muda. Semua aktivitas Merapi terpusat pada puncak kerucut ini. Kawah utama Merapi berbentuk tapal kuda yang mengarah ke arah Barat Daya. Kawah ini terbentuk sesudah letusan tahun 1961. Secara umum, dataran puncak Merapi tersusun dari kubah-kubah lava yang tidak terlongsorkan. Beberapa area di dataran puncak Merapi, di luar kawah utama, mengeluarkan banyak uap vulkanik, yaitu di area Gendol dan Woro. Bagian Tenggara dataran puncak.
Secara garis besar sejarah Gunung Merapi dapat dibagi menjadi 4 bagian (Bedhommier, 1990), yaitu pra Merapi (lebih dari 40.000 tahun yang lalu), sebelum terbentuk Gunung Merapi. Pada masa itu sudah terdapat apa yang sekarang nampak sebagai Gunung Bibi, gunung basaltik andesit, yang terletak di lereng Timur Merapi berjenis basalt-andesitik, batuan gunung Bibi berbeda dari batuan Merapi, karena tidak mengandung orthopyroxe. Puncak Bibi mempunyai ketinggian sekitak 2050 m dpl. Puncak Bibi dan Puncak Merapi sekitar 2.5 kilometer. Karena umurnya jauh lebih tua dari Gunung Merapi, bukit ini telah mengalami alterasi yang kuat. Contoh batuan segar sudah sulit sekali ditemukan. Umurnya diperkirakan sekitar 700.000 tahun.
Jaman Merapi Tua (60.000 sampai 8000 tahun yang lalu), di mana pada masa ini mulai lahir Gunung Merapi, merupakan fase awal pembentukannya. Kerucut Gunung Merapi belum terbentuk sempurna, masih berupa lava basaltik yang membentuk Gunung Turgo dan Plawangan, berumur sekitar 40.000 tahun. Materialnya terdiri dari batuan dengan komposisi andesit basaltik; dari awan panas, breksiasi lava dan lahar.
Jaman Merapi pertengahan (8000 sampai 20.000 tahun yang lalu), dimana terjadi lelehan lava andesitik yang kemudian membentuk Bukit Batulawang dan GajahMungkur, yang saat ini tampak di lereng Utara Merapi. Batuannya terdiri dari aliran lava, breksiasi lava dan awan panas. Aktivitas Merapi dicirikan dengan letusan ekspolsif dengan debris-avalanche ke arah Barat yang meninggalkan morfologi tapal-kuda dengan panjang 7 kilometer, lebar 1-2 kilometer dengan beberapa bukit di lereng Barat. Pada periode ini terbentuk Kawah Pasarbubar.
Merapi baru, 2000 tahun yang lalu sampai sekarang, dalam Kawah Pasarbubar terbentuk Kerucut Puncak Merapi yang saat ini disebut sebagai Gunung Anyar. Aktivitas Merapi terdiri dari aliran basalt dan andesit lava, awan panas serta letusan magmatik dan phreatomagmatik. Kubah lava menjadi pusat aktivitas Gunung Merapi sampai saat ini. Batuan dasar dari Gunung Merapi diperkirakan seumur Merapi Tua. Sedangkan Merapi yang sekarang ini berumur sekitar 2000 tahun, sebaran material letusan besar Gunung Merapi di masa lalu telah menutupi Candi Sambi-sari yang terletak sekitar 23 km dari Gunung Merapi. Newhall menyatakan bahwa akibat letusan besar Gunung Merapi di masa lalu telah membendung Kali Progo sehingga membentuk danau.
Legenda Merapi mempunya hubungan erat dengan Legenda Laut Kidul (Nyi Roro Kidul). Penguasa Gunung Merapi adalah suami (pria) dan penguasa Lautan Kidul sebagai istri (wanita). Dari letaknya, dapat ditarik garis lurus antara Laut Kidul, Keraton Yograkarta. Tugu. Monjali (Monumen Jogja Kembali), dan Puncak Merapi.
Gunung Merapi dipercaya sebagai keraton makhluk halus. Menurut legenda, Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataran, memperoleh kemenangan dalam perang melawan Kerajaan Pajang dengan bantuan penguasa Merapi. Gunung Merapi meletus, menyebabkan banyak tentara Pajang yang tewas sisanya tercerai-berai. Di samping itu juga ada Legenda Kyai Sapu Jagad yang menjadi asal mula Labuhan Merapi. Menurut cerita, Panembahan Senopati diberi tanda cinta oleh Nyi Roro Kidul berupa telur (endhog jagad) di Pantai Parang Kusumo. Nyi Roro Kidul meminta Panembhan Senopati menyantap telur tersebut sebagai tanda setia. Di perjalanan Panembahan Senopati bertemu dengan Sunan Kalijaga yang diam diam mengetahui peristiwa tersebut. Sunan Kalijaga berpesan agar panembahan Senopati mengurungkan niatnya untuk memakan telur tersebut. Dikisahkan, Ki Juru Taman, seorang abdi dalem keraton, secara tidak sengaja memakannya. Akibatnya, mendadak ia berubah wujud menjadi ular raksasa. Kepadanya panembahan Senopati berpesan, “Jagalah Puncak Merapi dan selamatkan rakyatku dari amukan Merapi selamanya.” Ki Juru Taman itu menjadi petinggi lelembut (mbaurekso) di Gunung Merapi, dan dikenal sebagai Kyai Sapu Jagad. Untuk mengenang jasa dan pengorbanannya, Keraton Yogyakarta menyisihkan sebagian dari hasil bumi dalam bentuk benda-benda sesaji untuk dipersembahkan kepadanya. Sejak itulah upacara Labuhan Merapi selalu dilakukan oleh Kesultanan Yogyakarta. Labuhan itu dilakukan di Pos II (Pos Rudal) dari Jalur Kinahrejo. Kesaklaran upacara labuhan ini antara lain terletak pada pranata-pranata keraton yang tidak boleh dilakukan sembarangan. Sebagai manifestasi ritualisme kultural, Labuhan Merapi bermakana membuang, menjatuhkan atau menghanyutkan benda-benda yang telah ditetapkan oleh lembaga adat keraton keselamatan Sultan beserta rakyatnya terlindungi. Upacara itu biasanya dilaksanakan pada tanggal 30 Rajab bertepatan dengan penanggalan dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X. adapun benda-benda untuk Labuhan Merapi terdiri dari 8 macam, meliputi sinjang cangkring, semekan gadhung melati, semekan bango tolak, peningset yudharaga, dan kampuh poleng. Semua benda itu diarak dari keraton dan diserakterimakan melalui Bupati Sleman, Camat Cangdringan, dan kemudian diserahkan kepada Juru Kunci Merapi, untuk kemudian dilabuh.
Bagi warga Yogyakarta, Labuhan Merapi memang memiliki makna khusus. Ketika malam labuhan mencapai puncaknya, ribuan warga Yogyakarta dan sekitarnya berbondon-bondong ikut mendaki Gunung Merapi, menigiringi para abdi keraton yang membawa benda-benda labuhan untuk diserahkan kepada Kyai Sapu Jagad. Dengan cahaya obor dan lampu senter mereka mendaki merapi yang terkenal angker itu. Lantunan doa dan pujian menimbulkan gema sehingga menambah suasana khidmat.
Tempat-tempat yang dipercaya paling angker di Gunung Merapi adalah Kawah Merapi sebagai istana dan pusat keraton makhluk halus Gunung Merapi. Pasar Bubrah dipercaya masyarakat sebagai pasar besar Keraton Merapi sementara batu-batu besar berserakan di daerah itu dianggap sebagai warung dan meja kursi makhluh halus. Bagian dari keraton makhluk halus Gunung Merapi yang dianggap angker adalah Gunung Wutoh yang digunakan sebagai pintu gerbang utama Keraton Merapi. Gunung Wutoh dijaga oleh Nyai Gadung Melati yang bertugas melindungi area yang ada dalam lingkungaanya, termasuk tanaman dan hewan yang hidup disitu. Selain tempat-tempat itu ada juga tempat lain yang dianggap angker. Daerah sekitar makan Syech Jumadil Qubro juga dianggap tempat angker karena merupakan makam nenek moyang penduduk lereng Merapi yang harus dihormati. Hutan Bingungan, serta Hutan Pijen dan Hutan Blumbang merupakan tempat-tempat yang juga dianggap angker. Bukit Turgo, Plawangan, Telaga Putri, Telaga Muncar, Goa Jepang, Umbul Temanten, Bebeng, Ringin Putih dan Watu Gajah demikian pula. Beberapa jenis binatang keramat tinggal di hutan sekeliling Gunung Merapi adalah milik Eyang Merapi. Macan Putih yang tinggal di hutan Blumbang pantang ditangkap ataupun dibunuh. Kuda yang tinggal di Hutan Patuk Alap-alap, di sekitar Gunung Wutoh, dan diantara Gunung Selokopo Ngisor dan Gunung Gajah Mungkur merupakan tunggangan dan penarik kereta penghuni Keraton Merapi.
Di Puncak Merapi dipercaya ada sebuah keraton yang mirip dengan Keraton Mataram . Keraton itu menurut kepercayaan masyarakat setempat diperintah oleh kaka beradik, Empu Rama dan Empu Permadi. Sebagai kepala negara, Empu Rama dan Empu Permadi melimpahkan kekuasaannya kepada Kyai Sapu Jagad yang bertugas mengatur keadaan alam Gunung Merapi, tengan Nyai Gadung Melati, tokoh ini bertugas memelihara kehijauan tanaman Merapi. Ada Kartadimeja yang bertugas memelihara ternak keraton dan sebagai komandan pasukan makhluk halus. Dia merupakan tokoh yang paling terkenal dan disukai penduduk karena seringkali memberi tahu kapan Merapi akan meletus dan apa yang harus dilakukan penduduk untuk menyelamatkan diri. Tokoh berikutnya adalah Kyai Petruk yang dikenal sebagai salah satu prajurit Merapi.
Ada banyak jalur yang dapat digunkana untuk mendaki ke Puncak Merapi, antara lain Jalur Selo (Boyolali), Jalur Kinahrejo (Sleman), Jalur Babadan (Magelang), dan Jalur Ndeles (Klaten), Jalur yang biasa dipakai adalah Jalur Selo dan Jalur Kinahrejo, bagi yang menyukai marathon dan lintas gunung dapat melakukan pendakian Gunung Merapi dan Gunung Merbabu sekaligus, pendakian ini dimulai dari Kinahrejo, Kaliurang, dan turun lewat Jalur Selo (Dusun Plalangan, Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali) dan kemudian dilanjutkan ke Gunung Merbabu melalui untuk kemudian turun melalui Jalur Tekelan, Kopeng. Selo merupakan daerah yang berada di tengah-tengah antara Gunung Merbabu dan Gunung Merapi.
Jalur Selo
Pendakian sebiknya melewati Jalur Selo karena jalur tersebut lebih aman. Selama perjalanan kita dapat menikmati pemandangan Gunung Merbabu di sebelah Barat Laut. Untuk mencapai desa Selo, dari Muntilan dapat ditempuh selama 1 jam dengan menggunakan bus jurusan Boyolali. Selanjutnya dari selo menuju basecamp dapat ditempuh selama 30 menit. Basecamp berada di dusun Plalangan, Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Perjalanan dari Plalangan (Selo) menuju Pondok Pendaki dapat ditempuh selama 15 menit, melalui jalan aspal.
Perjalanan dari Pondok Pendaki menuju Pos 1 dapat ditempuh selama 35 menit, melalui perkebunan tembakau dan kol untuk kemudian memasuki hutan pinus. Mendekati pos 1 kita akan melewati batu-batu besar. Dari Pos 1 ke Pos 2 menghabiskan waktu 1 jam, melalui medan batuan yang terjal, dengan angin yang kencang. Dari sini bila malam hari kita dapat menyaksikan gemerlapnya kota Boyolali. Perjalanan dilanjutkan ke Tugu, selama 1 jam 15 menit. Tugu terletak di atas bukit. Tinggi tugu tersebut sekita 1,5 m. perjalanan dari Tugu ke Pasar Bubrah dapat ditempuh selama 15 menit. Sebelum mencapai Pasar Bubrah kita akan melewati Memoriam. Pasar Bubrah (Pelawangan) adalah batas antara vegetasi dan bebatuan. Tempat tersebut berada di punggungan. Batu-batu besar yang berserakan menyerupai pasar tradisional. Pasar Bubrah juga disebut Pasar Bubar. Perjalanan dari Pasar Bubrah menuju Puncak Garuda dapat ditempuh selama 1 jam melalui bebatuan yang mudah longsor. Sebaiknya pendakian dari pasar Bubrah dilakukan pagi hari karena pada siang hari kabut akan turun disertai asap belerang yang menyengat. Puncak tertinggi Merapi menyerupai burung garuda telah terpotong akibat letusan.
Dari Puncak Garuda kita dapat melihat pemandangan yang menakjubkan. Kawah Merapi berada di depan mata. Tak henti hentinya mengeluarkan asap. Di Puncak, suhu dapat mencapat 5 derajat sampai -8 derajat Celcius. Dari situ kita juga dapat menyaksikan Gunung Merbabu. Jika cuaca cerah, di sebelah Utara akan terlihat Gunung Telomoyo. Gunung Andong. dan Gunung Ungaran. Di sebelah Timur terlihat Gunung Arjuna – Kembar I – Kembar II – Welirang dan Gunung Lawu . di sebelah Barat terlihat Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Dieng, dan Gunung Slamet.
Pada setiap tahun baru Jawa 1 Suro, di sini diadakan upacara Sedekah Gunung oleh penduduk Selo, dengan harapan masyarakat menjadi aman, tentram dan sejarhtera, dengan panen yang melimpah. Upacara ini disertai dengan menanam kepala kerbau di Puncak Merapi atau di Pasar Bubrah.
Jalur Kinahrejo
Pendakian melalui Kinahrejo, Kaliurang, dapat dicapai dari Yogyakarta. Untuk menuju Kinahrejo, menggunakan bus jurusan Kaliurang, perjalanan selama 1 jam. Kaliurang terletak sekitar 6 km sebelah Selatan Puncak Merapi, terkenal sebagi obyek wisata yang ramai dikunjungi. Di sini tersedia banyak villa maupun hotel yang terletak di antara dua bukit, yaitu Turgo dan Plawangan. Gardu Pandang itu merupakan pos pengamatan kegiatan vulkanik Gunung Merapi. Di Kinahrejo tersedia basecamp, yaitu di rumah alm Mbah Maridjan (Juru Kunci Gunung Merapi), orang yang paling disegani di Gunung Merapi. Dusun Kinahrejo terletak 300 m dari Bebeng (Obyek Wisata Kaliadem).
Pendakian dari Kinahrejo dan Bebeng menggunakan jalur yang sama, yang menyatu di persimpangan Kinahrejo-Bebeng yang terletak antara Shelter dan Pos I. dari Kinahrejo ke Pos Bayangan (shelter) dapat ditempuh selama 40 menit. Dari poas perjalanan kita akan menemukan persimpangan Kinahrejo – Bebeng. Di sini tidak ada papan petunjuk. Tempat ini kadang mengelabui mereka yang baru turun dari Merapi.
Perjalanan dilanjutkan ke pos II, memakan waktu 40 menit dengan melewati tangga-tangga. Pos II ini tempatnya datar. Ada pos II menuju Pos III dapat ditempuh selama 35 menit. Di bawah Pos III terdapat pos untuk para pendaki dan disebelahnya ada drum air yang digunakan oleh para pengunjung maupun para pendaki. Terdapat tangga-tangga batu hitam. Di sebelahnya ada rudal besar yang menghadap Puncak Merapi. Itulah sebabnya pos ini juga disebut Pos Rudal. Pos ini sangat unik dan misterius karena di situ ada rudal dan bangunan seperti pura yang dibuat dari batu hitam. Tempat inilah yang digunakan untuk melakukan Labuhan Merapi oleh kalangan Keraton Yogyakarta.
Perjalanan dari Pos III menuju Pos IV dapat ditempuh selama 30 menit, melalui medan yang terjal dan sulit. Pos IV tersebut berada di sebelah kanan jalan, dengan rangka-rangka besi. Tempatnya tidak luas. Dari Pos IV menuju Kendit (Pelawangan) dapat ditempuh selama 10 menit. Di Kendit ada tempat datar sempit disebelah kiri jalur. Kendit merupakan batas antara vegetasi dan bebatuan. Perjalanan dilanjutkan menuju Pemancar (pengukur Seismograf) yang dapat ditempuh selama 50 menit, melalui medan bebatuan yang terjal dan semakin sulit. Sebaiknya kita melakukan orientasi medan sebelum berangkat ke puncak. Dari kendit, Puncak Garuda tidak terlihat karena tertutup bukit terjal menjulang tinggi seperti Candi Prambanan. Bukit ini dinamai puncak Kinahrejo. Banyak pendaki yang sampai di bukit ini tidak tahu jalur menuju Puncak Garuda.
Dari Pemancar, ambil arah kanan, melalui jalur yang penuh asap belerang yang menyengat hingga akan sampai di Kawah Mati. Perjalanan dari Pemancar ke Kawah Mati dapat ditempuh selama 15 menit. Di Kawah Mati terdapat lautan pasir yang berwarna hitam, dikelilingi tebing-tebing terjal. Puncak Garuda berada di atas Tebing sebelah kiri. Perjalanan dari Kawah Mati menuju Puncak Garuda dapat ditempuh selama 10 menit melalui medan yang sangat terjal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar